Pesta Ulang Tahun dan Doa Salam Maria

Sepulang gereja, anak sulung saya udah ribut. Ada undangan ulang tahun anak tetangga sebelah rumah. Undangannya sih stengah 12, tapi ini baru jam stengah 11 dia dah sibuk.
Akhirnya jam 12 kami pun berangkat.
Acara dibuka dengan lomba mencari koin, wah saya buka dompet. Ada 1 koin 500an. Saya kasihkan ke anak saya. Gak mungkin menang nih. Gak papalah. Yang penting dia maju, karena yg punya koin yang boleh ikut lomba. Setelah itu rogoh saku kanan depan, ternyata ada 3 koin. Rogoh lagi saku belakang, eh ada lagi 4 koin. Total ada 8 koin. Ternyata lomba banyak-banyakan koin. Yang menang yang pegang 10 kain. Ya udahlah.
Beberapa lomba berlalu, sampai akhirnya satu anak kecil cewek dipanggil. Si mc bertanya apakah anak itu bisa berdoa, anak itu lalu menjawab bisa. Ternyata dia cuma bisa 2 kata. Rupanya si mc tidak puas dan mencari anak lain yang bisa berdoa. Saya sih udah mikir gak mungkin anak saya angkat tangan. Lagian, anak saya sendiri yang Katolik.
Lalu si orang tua anak yang ultah tiba-tiba menunjuk anak saya.
Anak saya lalu maju, teman-temannya berteriak: “Dia kresten.”

Si mc bilang gak papa.
Mickopon pun berpindah ke tangan anak saya. Wah, saya menanti nih doa apa yg mau keluar dari mulutnya.
Lalu terdengarlah:
“Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu
Terpujilah engkau di antara wanita
Dan terpujilah buah tubuhmu Yesus
Santa Maria Bunda Allah
Doakanlah kami yg berdosa ini
Sekarang dan waktu kami mati.
Amin”

Wow. Saya tidak menyangka. Anak umur 6 thn 1 bulan itu (dia lahir 5 Mei 2006) bisa berdoa di depan orang banyak.
Bapaknya aja, waktu kelas 2 SD, lari sembunyi di kamar kalo ada doa rosario di rumah. Hahaha.
Sebagai hadiah, dia mendapat topi merah bergambar maskot restoran tersebut.
Hemm, ini pertama kali saya mendengar doa Salam Maria di sebuah pesta ulangtahun dan yang berulangtahun adalah muslim. Hemm, jadi ingat Gus Dur lagi.
Terpujilah Allah yg telah menciptakan dunia ini. Semoga dunia ini menjadi tempat yg indah bagi semua orang yang berkehendak baik. Amin.

Indonesia yang Sejahtera

Minggu siang lalu saya berdiri di dalam sebuah mal setelah mengantarkan anak saya ke acara ultah anak tetangga sebelah rumah. Saya berhenti sejenak untuk melihat berbagai perlombaan yang diselenggarakan sebuah merk susu yg dari namanya sepertinya dari Jepang. Ada lomba merangkak utk bayi, lomba menari, dan sebagainya.

Melihat anak-anak yang sehat, ada anak dari beberapa TK yg dengan semangat menari..Pengunjung yang pastinya keluarga atau orangtua anak-anak itu (karena sibuk merekam) berjubel, memenuhi pameran dan juga pengunjung lain yg memenuhi mal siang itu, kelihatannya orang Indonesia begitu bahagia. Nggak ada tu gambaran kemiskinan, atau raut wajah sedih.
Padahal barusan saya melintasi satpam sebuah departemen store sambil memikirkan berapa sih gaji satpam itu ( mungkin skitar 2 juta)..hemm. Cukup nggak ya..Mungkin juga cukup karena pastilah dia sudah hitung baik-baik. Cepat-cepat saya buang pikiran itu..Ngapain juga mikirin gajinya orang.

Masyarakat yang Bahagia

Setiap saya masuk ke sebuah mal, berita-berita tentang kemiskinan, berita-berita tentang korupsi nampaknya menjadi tidak berarti..Yang ada adalah wajah-wajah bahagia, gembira..Muka-muka riang orang yg berbelanja, makan, dan sales-sales yang dengan sumringah menawarkan kartu kredit, mobil, rumah, dan aneka perabot rumah tangga.
Seorang ibu juga nampak tertarik dengan sebuah tempat tidur yang cicilannya 600an ribu perbulan. Entah selama apa..apakah 1 tahun? Kira-kira kalo setahun maka harganya adalah 6 jutaan. Sebuah jumlah yang cukup besar bagi sebagian orang, namun juga kecil bagi sebagian orang lain (sambil mengingat bahwa beberapa saat lalu, di mal yg lain, saya melihat tempat tidur seharga 20 juta).
Bagaimana jika kita memotret Indonesia dari sebuah mal.??
Maka Indonesia sangatlah sejahtera..ada pameran mobil, ada orang-orang yg pakaiannya bagus, handphonenya canggih..hemm..ternyata Indonesia tidaklah terbelakang seperti kata lsm-lsm itu, tidaklah buruk dan tidak miskin..Saya pun berjalan dg riang ke sebuah toko buku..Ah…Boong kok itu berita-berita di media massa…

Di Dalam Toko Buku
Sayapun memasuki toko buku, sambil melirik satpam yg nggak lupa mencet counternya.
Terlihat banyak orang di toko buku itu..dan tiba-tiba saya melihat sebuah buku yang kalo nggak salah judulnya ” di mana negara””.
Hemm..kayaknya dah bisa ditebak nih isinya, sayapun membukanya..
Ternyata saya keliru, buku yg saya pikir berbau politik ternyata adalah buku yg berisi kisah sehari-hari yg dihadapi sebagian masyarakat kita..ada kisah penyapu gerbong, kisah tentang peminta-minta, wanita yang punya 2 anak sementara suaminya dipenjara, kisah yang bagi kita akan terasa “amit-amit bila terjadi pada kita”…
Tiba-tiba, di tengah dinginnya AC dan segala kemeriahan yg barusan saya lihat, saya dikembalikan lagi ke dunia yg sesungguhnya..Lamunan indah tentang Indonesia pun buyar..Tepat di sebelah buku itu ada buku bersampul Gus Dur..Seorang tokoh kemanusiaan dan demokrasi. Ingat Gus Dur, saya jadi ingat dengan tokoh lain yang juga berjuang demi kemanusiaan, demi Indonesia yg lebih baik, lebih adil, dan lebih demokratis.
Hemmm…ternyata tidak hanya soal penderitaan  yang harus saya baca saat itu..Di sebelah buku itu ada lagi buku tentang pelarangan jaipong yang diucapkan seorang ketua partai…Ya ampun…
Akhirnya saya berjalan ke luar. Selain karena saya jadi sedih, anak saya juga sudah saya tinggal cukup lama. Di jalan ke luar, sekelibat saya melihat buku berjudul Soegiya tulisan Ayu Utami…Wah..Akhirnya ada juga buku yg bisa memberi semangat. Setelah membaca sedikit, saya membatin: must have book nih..Tapi nanti aja deh belinya..
Sekarang mau ke ultah temen anak saya di sebuah restoran cepat saji.Siapa tau acaranya sdh selesai..
Eh, ternyata baru mau dimulai..